Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine’s Day itu? Apakah
esensinya? Dan bolehkan remaja muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu
bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?
Background Historis Valentine’s Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin’s Day. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal
dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine seorang yang dianggap suci oleh kalangan
Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal
pada tanggal 14 Pebruari 269 M., di hari yang sama saat dia menyerahkan ucapan cinta. Dalam
legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal
pada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan
tanda tangan yang berbunyi “From Your Valentine” ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi
pesan akhir itu adalah “Love From Your Valentine.”
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa
pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar.
Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang
besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun banyak
yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya.
Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide
“gila”. Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, maka mereka dengan tidak segan-segan
akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengijinkan laki-laki
kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung
ide gila ini. Sebagai seorang pendeta dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan
setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan
ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada
pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri. Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang
menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang
menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela
penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah pengunjung
tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat
menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil “Love from your Valentine." Dan pada tahun
496 Paus Gelasius menseting 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine.
Akhirnya secara gradual 14 Pebruari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint
Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim
puisi dan hadiah seperti bunga dan gula-gula. Bahkan sering pula ditandai dengan adanya kumpulkumpul atau pesta dansa.
Dari paparan di atas kita tahu bahwa
kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak
memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun kenapa remaja-remaja muslim ikut larut dan merayakannya?
Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut :
1. remaja muslim kita tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day sehingga mereka tidak
merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja muslim banyak yang memiliki
kesadaran sejarah yang rendah.
2. adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya
bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja yang kini hidup di –
untuk meminjam McLuhan - global village.
3. keroposnya benteng pertahanan relijius remaja kita sehingga tidak mampu lagi menyaring
budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
4. adanya perasaan loss of identity kalangan remaja muslim sehingga mereka mencari identitas
lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
5. hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
6. adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang
semakin ganas.
Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadap pertanyaan di atas.
No comments:
Post a Comment